Ketika seseorang
bertanya tentang orang yang paling menginspirasi hidup Anda, siapakah nama yang
akan Anda sebutkan ? Banyak mungkin dari kita yang akan menjawab presiden
Susilo Bambang Yudhoyono, Ibu Sri Mulyani, Sekretaris Jendral PBB dan
serentetan nama orang-orang dengan jabatan tinggi dan nama besar yang akan kita
sebutkan . Tidak salah memang kalau mengatakan bahwa orang orang tersebut
banyak menginspirasi kita semua dengan kepintaran, kepiawaian, dan segenap
kelebihan mereka dalam membawa diri. Namun , pernahkah kita berpikir jika
sebenarnya inspirasi itu tidak hanya datang dari orang orang yang berpangkat
jendral atau bergelar doktor ?
Sering saya
berjalan melewati sebuah gerobak gorengan di daerah Sekeloa untuk berangkat
menuju kampus. Ketika saya tidak punya uang kecil untuk membayar angkot,
biasanya saya membeli gorengan dulu di tempat tersebut untuk membeli makanan
sekaligus menukar uang . Satu hal yang membuat saya terkesan adalah Ibu penjual
gorengan tersebut selalu berlaku ramah kepada siapa saja . Saya sering malu
sejujurnya karena hanya membeli satu atau dua gorengan , selain karena ingin
menghemat juga alasan utama saya untuk menukar uang kecil. Walaupun saya hanya
membeli satu buah gorengan , ibu yang bahkan saya belum tahu namanya itu selalu
tersenyum melayani pelanggannya. Pernah saya berkata, “Maaf ya bu, saya ndak beli banyak banyak, kalau mau ndak usah pakai bungkus juga ndak papa “, dan ibu itu menjawab “ ndak apa apa neng, neng beli satu aja
juga ibu sudah seneng ada yang laku “ . Subhanallah, jujur saya kagum dengan
sikap ibu tersebut yang selalu bersyukur atas nikmat yang Tuhan berikan
kepadanya . Ibu tersebut juga mengingatkan saya kepada bapak penjual amplop
yang biasanya menjajakan dagangannya di trotoar dekat masjid Salman pada hari
Jumat. Banyak yang salah menganggap bapak tersebut adalah pengemis, padahal
sebenarnya bapak tersebut menjual amplop. Ya bapak tersebut mungkin memang
menjual barang yang kebanyakan dari kita sudah tidak membutuhkannya, tapi satu
hal yang membuat saya kagum dari bapak penjual amplop dan ibu penjual gorengan
tersebut adalah sikap mereka yang tidak pernah menyerah dan mensyukuri nikmat
yang ada . Bapak tersebut mengambil untung yang tidak seberapa dari penjualan
amplopnya tetapi ia masih tetap berjualan amplop-amplop tersebut karena merasa
hal tersebut masih lebih baik daripada ia mengemis . Ibu penjual gorengan
tersebut masih tetap tersenyum melayani setiap pelangganya walau tidak semuanya
memborong daganganya karena ia merasa itu lebih baik daripada daganganya belum
terjual sama sekali. Bersyukur atas nikmat Tuhan sekecil apapun itu ,dan lebih
baik lagi kalau dapat berbagi untuk sesama.Iitulah yang saya pelajari dari
bapak penjual amplop dan ibu penjual gorengan tersebut.
Selanjutnya
adalah ketika saya kembali ke daerah asal saya, Yogyakarta. Kota ini memang
bukan tanpa alasan jika disebut sebagai kota murah senyum . Pernah suatu kali
saya hampir menabrak badan samping becak karena terburu-buru . Saya sudah
bersiap menerima cacian dan bentakan dari abang becak tersebut. Namun yang
kembali membuat saya heran, abang becak tersebut malah tersenyum ramah kepada
saya, tepat beberapa menit setelah saya hampir saja menghancurkan becaknya .
Saya sendiri sampai heran dan belum sempat saya meminta maaf, abang becak
tersebut sudah pergi. Hal tersebut menyadarkan saya betapa mudah bagi abang
becak tersebut untuk menahan amarahnya dan tersenyum kepada saya, di saat
menahan amarah adalah salah satu hal yang sulit dilakukan bagi kebanyakan orang.
Selain masalah yang lebih mudah diselesaikan tanpa amarah, senyum tersebut
memberikan secercah kelegaan kepada orang yang bersalah yang pada kasus ini
adalah saya. Sebuah senyum yang dalam agama saya berarti sedekah baru saya
sadari ternyata memiliki banyak manfaat di samping pahala bagi yang
melakukanya. Sesedih atau semarah apapun kita , sesungguhnya menunjukkan amarah
kita di depan umum adalah sesuatu yang bisa disebut public littering dan tidak seharusnya dilakukan. Namun kebanyakan
dari kita terlebih masyarakat yang tinggal di perkotaan relatif lebih sulit
untuk menahan amarah dan menahan kata-kata kotor. Contohnya adalah keadaan di
jalan ketika jalanan macet dan matahari panas terik. Ketika ada seseorang yang
tidak sengaja menyenggol kendaraan kita, banyak dari kita yang langsung membentak dan mengeluarkan
kata-kata kotor. Bayangkan jika kita menjadi bapak pemilik becak tadi,
keadaanya hampir sama di siang hari yang terik dan jalanan yang macet, tetapi
abang becak tersebut berhasil menahan amarahnya dan memilih untuk tersenyum
kepada orang lain. Abang becak tersebut mungkin saja merasa bersyukur karena
tidak terjadi apapun yang melukai kita, tidak ada pihak yang merugi dan tidak
perlu memperpanjang masalah. Semua selesai cukup dengan senyum
Apakah
hal-hal tersebut saya dapatkan dari orang yang berkedudukan tinggi, politikus
terkenal, atau orang-orang dengan serentetan gelar di belakang namanya? Tidak,
mereka semua adalah orang-orang yang kadang masyarakat menyebut mereka dengan
“kaum terpinggirkan” . Ternyata jabatan atau kedudukan tidak harus menjadi
patokan agar seseorang dapat menginspirasi sekitarnya , asalkan kita sendiri
berpikiran terbuka terhadap berbagai hal di sekitar kita. Banyak sebenarnya
orang-orang yang dapat menjadi inspirasi bagi kita , orang-orang yang mungkin
luput dari perhatian kita dan ironisnya perhatian kita lebih tertuju kepada
mereka yang sebenarnya belum tentu pantas menjadi sorotan media. Banyak pula
contoh-contoh kecil yang lebih dekat dengan kehidupan kita sehari-hari dan
akrab dengan kita namun kita sendiri tidak menyadarinya. Dari hal tersebut
terdapat hal-hal yang dapat kita pribadi perbaiki untuk diri kita sendiri, agar
lebih banyak membuka pikiran kita dan lebih memikirkan sesama , karena
sesungguhnya selain kodrat manusia yang tidak bisa hidup sendiri, manusia akan
terus belajar seumur hidup mereka. Belajar apa saja dan di mana saja , dan apa
yang manusia dapat pelajari tidak selalu apa yang diajarkan di bangku kuliah,
namun juga hal-hal kehidupan yang mungkin lebih tepat jika kita belajar dari
kaum terpinggirkan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Thanks for comment !