Kamis, 10 Mei 2012

A Part of Me


Banyakkah dari kita yang berpikiran seperti itu ? bahwa kesuksesan yang kita raih adalah murni dari kerja keras kita sendiri. Saya sendiri sewaktu melihat gambar di atas rada “jleb” dan merenung sebentar. Memang benar bahwa mau dibawa kemana hidup kita adalah keputusan kita sendiri dan kita sendirilah yang harus memegang kendali atas hidup kita, tetapi kalau kita mau membuka mata, ternyata banyak orang bahkan selain orangtua kita yang secara tidak sadar berkontribusi atas kesuksesan kita.

Yang paling dekat, tentu saja mereka adalah orang tua kita sendiri. Setahun yang lalu, orangtua saya seperti tidak begitu menyetujui keputusan saya untuk sekolah di luar kota, tetapi nama ITB selalu terlintas di benak saya jika ditanya kemana saya ingin melanjutkan sekolah. Saya diterima di ITB melalui jalur SNMPTN Undangan, dan pilihan saya cuma satu, Institut Teknologi Bandung, titik . Yah saya akui memang saya sedikit keras kepala apalagi apabila saya sudah menginginkan sesuatu, orangtua saya khawatir saya tidak bisa menjaga diri di luar pengawasan mereka, tingkat kejahatan yang kian meningkat di kota-kota besar seperti Bandung dan Jakarta, dan masih banyak alasan-alasan lain untuk mengurungkan niat saya kuliah di luar kota.

Saya sendiri sadar, kuliah di luar kota tentunya membutuhkan banyak biaya mulai dari biaya kuliah, alat-alat kuliah, tempat tinggal, transportasi dan makan sehari-hari dibandingkan kuliah di kota sendiri. Saya mulai berpikir bagaimana caranya agar saya tidak menambah beban orangtua saya tetapi juga sekaligus tidak melepas impian saya. Saya mulai mencari info tentang beasiswa di ITB pada awal bulan Januari dan mulai melengkapi berbagai persyaratan, tetapi sayangnya pada saat itu pemerintah mengumumkan perubahan sistem penerimaan mahasiswa baru, yaitu melalui SNMPTN Undangan dan SNMPTN Tulis. Saya sedikit kecewa karena berkas berkas untuk melamar beasiswa yang sudah saya persiapkan tidak jadi saya gunakan. Saya ikuti prosedur SNMPTN Undangan sampai selesai, Alhamdulilah segala puji bagi Allah saya diterima di SAPPK ITB, Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan. Senang bukan main diterima di kampus Ganesha, tetapi perjuangan belum berhenti. Bagaimana saya bisa bertahan di sana ? dengan segala keterbatasan yang ada?

Saya teringat Ibu saya yang sepulang dari sholat Isya di masjid langsung bersujud syukur ketika saya beritahu kebar gembira tersebut. Melihat Ibu saya sujud, jujur begitu banyak perasaan yang bercampur di benak saya . Saya terharu melihat ibu saya gembira atas salah satu keberhasilan kecil saya, tetapi juga sekaligus bimbang bagaimana saya harus menghadapi beliau di hari hari kedepan, saya tentu tidak bisa terus menerus bergantung kepada orangtua saya. Meminta kepada orangtua adalah hal terakhir yang ingin saya lakukan, karena kuliah di luar kota adalah keputusan saya sendiri sehingga saya harus berani menanggung konsekuensinya, apapun itu. Akhirnya pada hari pertama pendaftaran di Sabuga, saya memberanikan diri mengajukan beasiswa , dan sekali lagi Alhamdulillah saya diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa penerima BIUS, ITB untuk semua.

Sudah selesai sampai di sini? Belum. Masih ada banyak orang selain orangtua kita yang mungkin tidak bisa kita sebutkan satu persatu untuk mengungkapan rasa terimakasih kita. Ibu Betty Alisjahbana namanya, saya bertemu pelopor beasiswa BIUS tersebut pada hari pertama Bridging BIUS, di mana saya tidak hanya bertemu dengan senior-senior lain penerima BIUS tetapi juga relawan-relawan BIUS. Mereka banyak bercerita dengan kehidupan kuliah dulu dan pengalaman-pengalaman mereka seusai kuliah. Banyak sekali cerita dan pelajaran yang saya ambil waktu itu, dan saya ingat ada seorang relawan yang berkata bahwa sebenarnya kami penerima beasiswa BIUS itu sangat beruntung, 4 tahun dibiayai kuliah di mana sebelumnya kebanyakan beasiswa dibatasi setahun, dan untuk tahun-tahun selanjutnya mereka harus mencari beasiswa lainya lagi.

Beasiswa BIUS bisa dikatakan anugerah dalam hidup saya. Ketika saya baru menginjak kelas 1 SMA, pada waktu itu Ibu Betty datang dan pergi dari satu perusahaan ke perusahaan lain untuk mecari donatur-donatur dari beasiswa yang digagasnya. Ada orang yang tidak saya kenal pada waktu itu rela bersusah payah merelakan waktu dan tenaganya untuk membantu keberlangsungan kuliah saya dan beratus-ratus pelajar SMA lainya. Terlepas dari adanya takdir, saya percaya bahwa jika kita berusaha sekuat tenaga pasti Tuhan akan memberikan jawaban terbaiknya, entah dari mana atau dari siapapun itu Tuhan menyampaikan jawaban-Nya. Ibu Betty hanya satu contoh dari begitu banyak orang yang berpengaruh di sekitar saya, ada keluarga dari Ayah saya yang membantu menampung saya di Bandung, ada saudara-saudara saya yang kerap kali membantu saya jika menemui kesulitan, teman-teman dan senior yang bersedia mengajari kalkulus, fisika, dan kimia dasar ; ibu penjual gorengan yang selalu ramah dan menjadi tempat penukaran uang sementara saya ketika kehabisan uang kecil untuk ngangkot, dan masih banyak lagi .

Capek belajar kalkulus dan segala tetek bengeknya, saya kembali mengingat alasan dan tujuan saya berada di sini, begitu juga dengan orang-orang yang telah membantu saya untuk sampai di sini. Sama seperti saat kita jatuh, mungkin seperti nilai tidak sebagus yang diharapkan atau  galau masalah “ekonomi”, ingat lagi ada berapa orang yang sudah kalian singkirkan untuk bisa duduk di bangku kuliah kalian dan orang orang yang sudah membantu kalian selama ini. Apakah mengecewakan mereka adalah suatu keputusan yang baik ? kita harus berusaha menjadi yang terbaik yang kita bisa bukan hanya untuk diri kita sendiri, tetapi juga untuk orang-orang di sekitar kita karena hal tersebut adalah salah satu bentuk sikap menghargai usaha mereka . Lebih baik lagi kalau kita berniat dan bisa membalas kebaikan yang pernah kita terima sekecil apapun itu, sebaikbaiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sekitarnya bukaaan ? c:

"Allah tak pernah janjikan langit selalu biru, jalan hidup tanpa batu, matahari tanpa hujan, kebahagiaan tanpa kesedihan, sukses tanpa perjuangan. Tapi Allah janjikan kemudahan bersama kesulitan, rahmat dalam ujian, ganjaran buat kesabaran, keteguhan dalam perjuangan.. Bukankah indahnya pelangi baru kita rasakan setelah turunnya hujan?"   -anon-


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thanks for comment !