Kamis, 05 September 2013

Bon Courage !


Sejujurnya nggak pernah saya nyangka ketika saya kepo materi MPAB waktu tingkat dua dulu dan ketemu postingan blog mantan kahim HMP, saya bakal mengalami kejadian yang sama .. yah dan merasakan gimana sedihnya perpisahan.  “Semangat kawanku !” judul postingan kak Adham yang saya maksud. 

Setelah perjalanan yang panjang, mungkin memang ini semua yang terbaik yang Tuhan kasih. 
Setelah perjuangan yang panjang, mungkin memang ini akhir terbaik yang bisa Tuhan kasih.

Mengutip isi postingan kak Adham :

Aku berada di titik ini untuk berdoa
Tuhan, ajarkan aku menghadapi ini, menghadapi cobaan
Yang Engkau tujukan kepada temanku
Seorang saudara yang kau buat dari lain ibu

Tuhan, berikanlah pedang dan perisai untuk temanku
Agar mereka kuat menghadapi semak belukar
Dan menemukan setapak jalan
Agar aku dapat bertemu dengannya, di suatu titik di masa depan nanti

Saya paling suka mendengarkan orang bercerita tentang masa depannya, entah kenapa. Mungkin karena bawaan pekerjaan sampingan saya haha. Hey iciil, saya tahu ketika kamu cerita gimana kamu mau ngerangkai masa depan kamu , kamu cerita sambil senyum yang nggak hanya di bibir tapi juga di mata kamu, ngelihat kamu baik-baik saja di tengah rentetan masalah-masalah yang datang bertubi-tubi ga kenal ampun sebenarnya itu yang membuat saya percaya : kamu akan baik-baik saja. Meskipun kita nggak berada di tempat yang sama.

Suatu saat nanti, mungkin tiga atau empat tahun lagi saya percaya kamu bisa ngewujudin mimpi-mimpi kamu. Perjuangan kita belum selesai, perjuangan panjang sampai saat ini dan saya nggak pernah anggap itu semua sia-sia, meskipun nggak sedikit yang mengganggap itu adalah kekalahan. Kalaupun memang toh itu kekalahan, ini hanyalah kekalahan sementara. masih banyak pertandingan lain yang menunggu. Semoga suatu saat nanti, ketika mimpi-mimpi kita mempertemukan kita kembali, saat-saat kemarin bisa kita kenang bukan sebagai sesuatu yang menyedihkan. Mungkin bukan sekarang jawabannya, tapi saya tahu akan ada jawaban sebenernya suatu saat nanti.

Maybe this world is cruel...  but it is also very beautiful.
We all need to retreat at times. .But don’t hide for too long, this world needs your beauty :’)

Sekali keluarga tetep keluarga kan ?

Salam sayang J  

Rabu, 10 Juli 2013

Je Veux y Croire



Tout ce temps, cachée dans mes pensées
Tout ce temps, sans jamais y croire
Tant d'années, si loin de ce monde et de la verité
Me voilà, sous le ciel étoilé
Je suis là, et soudain je vois
L'avenir s'est éclairé, ma vie est à l'endroit

Et je suis toute éblouie
Car enfin la brume s'est levée 
Et je suis toute éblouie
Les lumières scintillent partout
L'air est doux, je me réjouis
De sentir le monde avancer
Maintenant, tout semble différent
Je veux croire en vous.

Tout ce temps, à rêver jour et nuit
Tout ce temps, à chasser l'ennui
Tant d'années, sans voir ni comprendre
Le monde et la vraie vie
Elle est là, sous le ciel étoilé
Je la vois, et soudain je sais
L'avenir s'est éclairé, je devine où je vais!

Et je vois dans ce regard
Que le voile enfin s'est levé
Et je vois dans ce regard
Que les lumières brillent pour nous

Et dans la douceur du soir
Je sens que le monde a changé
Maintenant, tout semble différent
Je veux croire en vous
Je veux croire en nous.

Je veux croire en vous

Senin, 08 Juli 2013

Ikhlas



“Apabila mereka melihat keikhalasan di dalam keikhlasannya, maka keikhlasan mereka itu memerlukan keikhlasan lagi”

Ikhlas. Satu kata yang gampang diucapkan tapi susah diterapkan. Ikhlas ini punya temen yang sama sama tipikal “susah diterapkan gampang diucapkan” ,namanya sabar. Walau ngedapetinnya susah, tapi kalau dua duanya dimiliki manusia, menurut saya dia orang yang paling bahagia di dunia. Haha well, paling enggak dia tahu cara paling gampang untuk buat dirinya sendiri bahagia :’). Sabar tak bertepi, Ikhlas tak berujung.

Misalnya aja, HP ilang, asma tiba tiba jadi sering kambuh, screen protector HP kesayangan dirusak adek, rencana liburan meleset, gajadi jadi ambil ekstensif di IFI gara-gara yang minat kurang, kecelakaan mobil. Satu kejadian ga enak aja  rasanya udah paling merana di dunia ini. Ngerasa yang ujiannya paling gede seantero umat adam.

Terus akhir akhir ini saya mikir, bleh ujian hidup mah sebenernya sederhana. Gak ada yang rumit, ya asal itu tadi, sabar dan ikhlas. Kehilangan demi kehilangan, ketika misalnya kita menerapkan apa itu ikhlas tadi, insyaallah Allah akan memberikan pengganti yang lebih baik, jauuuuh lebih baik.  Apalagi, ini nih yang paling sering didenger “Tuhan tidak akan memberikan ujian yang melampaui batas kemampuan hamba-Nya”. Percaya aja, sebenernya kondisi seberat apapun pasti bisa dilalui. Manusia itu makhluk yang kuat dan ditakdirkan untuk survive. Kadang manusia nggak tahu seberapa kuat dia, sampai jadi kuat hanya satu-satunya pilihan yang dia punya.

Mungkin saya kurang sabar, mungkin saya kurang ikhlas. Jadi ujian buat saya ya khusus buat kekurangan yang ada di saya ini. Kalau mau sabar, ya harus dihadapkan dengan ujian. Kalau mau ikhlas, ya harus dimulai dari menikmati ujian yang diberikan. Kalau begitu, Najma, kurang-kurangilah mengeluh, kurang kurangi menampilkan muka sedang banyak masalah, kurang-kurangi mood senggol bacok anda.  Syukuri semua ujian yang diberikan Tuhan, sebenarnya dari semua ujian yang diberikan-Nya, Tuhan ingin menjadikan kita manusia yang lebih baik lagi.  Ketika kita mampu melewatinya, terseok seok sekalipun, pasti rencana-Nya lebih indah dari yang kita bayangkan. Tuhan tidak pernah ingkar janji :)

Jumat, 31 Mei 2013

Myra P Gunawan : Pariwisata 'Di' dan 'Untuk' Indonesia


Rabu 29 Mei tepatnya, pagi pagi ada sebuah pesan singkat yang bertandang di inbox note saya. Baru kemarin saya mengirim pesan kepada beliau agar berkenan diwawancarai oleh saya dan beliau langsung menjawab dengan singkat dan cepat. “Gedung pwk lt 4 ya habis jam satu, saya biasanya ada di ruangan depan pintu pak djoko atau di ruang rapat , dipastikan saja” balas beliau Selasa siang sewaktu saya masih duduk terpukau tayangan kumpulan Film karya Garin Nugraha di Aula Timur ITB. Mendapat balasan seperti itu, sebenarnya saya sendiri senang senang nervous sendiri. Sudah sebulan lamanya saya berusaha mengontak beliau lewat email dan baru hari itu saya memutuskan untuk berani mengirimkan pesan singkat (yang nomornya saya dapatkan dari kadiv tercinta saya, Kak Sarah Najmilah) , dan ternyata jawabannya tidak lebih dari lima menit ! sedangkan setelah ujicoba email yang entah email tujuan sudah tidak valid atau memang tidak mendapat balasan, saya memang tidak mencoba lanjut karena sebulan sebelumnya memang perhatian saya serasa dialihkan oleh the-two-letter-thing-which-is-so-sacred di himpunan saya. Kembali ke inti cerita, narasumber yang saya maksud kali ini adalah Ibu Myra P Gunawan, dosen di program studi saya yang pada tahun 2009 kemarin memasuki masa purnabakti.


Kenapa beliau ? Saya sudah lama mendengar nama beliau sebenarnya. Sewaktu peluncuran buku 50 Tahun Perjalanan Perencanaan Wilayah dan Kota di Indonesia, sewaktu selintas membaca nama-nama dosen pengampu mata kuliah, dan yang terakhir, yang membuat saya tertarik adalah pada Dies Natalis ITB ke 54 nama beliau kembali disebutkan sebagai penerima Ganesha Cendekia Widya Utama atas jasanya sebagai perintis studi pariwisata di ITB ini. Walau saya mahasiswi planologi dan cukup mengenal dosen-dosen planologi paling tidak yang pernah mengajar saya, tentu cukup susah untuk menemui Ibu Myra karena memang beliau tidak aktif mengajar lagi. Tapi seakan ini keinginan saya sendiri, suatu saat saya ingin membuat berita profil beliau. Profil seorang perintis studi pariwisata ITB.

Singkat cerita hari Rabu siang itu. Setelah memperkenalkan diri saya sendiri, saya menjelaskan maksud untuk mewawancarai beliau, untuk membuat berita profil civitas akademika ITB.  “Wah saya ga mau kalau begitu” JDEER bumi gondjang gandjing. “Maksud saya, saya ingin artikelnya fokus ke pembahasan pariwisata dan perkembangannya. Kalau tentang profil saya, adik tahu sendiri kan saya ini udah pensiun nggak akan ada yang baca berita adik kalau membahas tentang profil saya ini. Mending membahas pariwisata saat ini dan bagaimana perkembangannya” terang beliau. Sedikit bernegosiasi, tapi akhirnya saya nyerah juga. Saya menyanggupi permintaan beliau tentang fokus pembahasan awal mula lahirnya studi pariwisata di ITB ini.

Secara garis besar, bagaimana proses awal mula berdirinya studi pariwisata ini dan dikaitkan dengan latar belakang pendidikan Ibu ?

Pertama kalinya tercetus adanya pariwisata itu sebenarnya malah dari mahasiswa. Sekitar tahun 70-an, ada salah satu mahasiswa bimbingan saya yang datang ke saya dan mengajukan tema pariwisata, sesuatu yang sangat jarang saat itu. Dia itu anaknya pemilik Hotel Panghegar dulu dan dia sudah melakukan riset yang cukup mendalam. Sayang sebenarnya saya sendiri juga tidak cukup mengerti tentang pariwisata. Saat itu, mendengar kata ‘pariwisata’ saja bahkan rasanya tidak pernah tapi melihat semangat anak itu, saya memutuskan untuk membantu anak tersebut. Setelah itu, ternyata banyak juga mahasiswa lain setelah dia yang mengajukan tema pariwisata ke dosen-dosen bimbingan lainnya. Setelah itu, Planologi ITB dimintai tolong oleh Direktorat Jenderal Dinas Perhubungan saat itu untuk membuat masterplan atau rencana induk Perencanaan Pariwisata Nasional. Kita belajar ‘otodidak’ dari dokumen-dokumen yang ada, saat itu buku-buku mengenai pariwisata jarang sekali ada.

Sesudah itu,bersama mitra kerja tim bantuan Jepang, kami tim planologi ITB membuat perencanaan wilayah dalam konteks Pariwisata untuk wilayah Jawa Barat bagian Barat. tim planologi ITB kembali ditugasi oleh Departemen Parpostel (saya search kepanjangannya susah, seingat saya Pariwisata Pos dan Telkomunikasi) Pemerintah Daerah NTT untuk membuat analisis perencanaan pariwisata. Sepulang dari NTT, Rektor ITB saat itu, Pak Wiranto Arismunandar langsung memberi mandat kepada saya, dik “ITB harus punya Pusat Penelitian Pariwisata” . Awal tahun 1993 saya mengajukan proposal untuk pendirian pusat penelitian pariwisata. Dalam dua hari proposal tersebut sudah ditandatangani dan berdirilah Pusat Penelitian Pariwisata, kalau sekarang karena restrukturisasi namanya jadi Pusat Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Tapi dari dulu singkatannya ya tetap sama P2Par. Sesudah itu, ada juga permintaan untuk membuka S2 pariwisata, tapi saat itu critical mass nya tidak terpenuhi dik sayangnya.

Tahun 2001 sampai dengan 2004 saya bekerja sebagai Deputi Bidang Sumber Daya dan Promosi Pariwisata di Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia. Saya sendiri merasa lebih banyak belajar saya di Depparbud, dik. Saat itu Indonesia masih krisis keuangan nasional pasca 1998 belum lagi tragedi bom bali yang sangat mempengaruhi pariwisata Indonesia. Keuangan tidak stabil tapi kami juga bertanggungjawab untuk memulihkan pariwisata Indonesia.

Apa yang membuat Ibu termotivasi untuk terus menggeluti bidang pariwisata ini ?

Saya yakin bahwa pariwisata itu sektor yang sangat potensial untuk Indonesia di masa depan. Hanya saja memang pariwisata itu harus direncanakan dan dijalankan dengan baik. Kalau tiga kebutuhan dasar manusia sudah terpenuhi – sandang, pangan, dan papan – yang manusia cari selanjutnya itu pasti rekreasi. Kebutuhan rekreasi ini difasilitasi dengan adanya sektor pariwisata. Motivasi lainnya, saya melihat mahasiswa.

Kakak kelas kamu yang belum lama lulus, ada yang pernah minta tolong bantuan saya untuk mematangkan konsep salah satu program mereka. Program Pemuda Pariwisata namanya, konsepnya itu berangkat dari kebutuhan Indonesia akan pemimpin nasional. Hipotesanya, pemimpin nasional itu kan harus mengenal nusantaranya sendiri. Generasi muda sekarang kan harapan bangsa, harapannya setelah seseorang mengerti bagaimana kondisi nusantaranya, bagaimana realitanya dia tidak akan gamang lagi, bingung apa yang harus dilakukan ketika tiba saatnya dia memimpin. Rekreasi itu bisa tidak hanya bermanfaat untuk individu sendiri, tapi juga untuk bangsanya.

Apakah arti penghargaan Ganesha Cendekia Widya Utama bagi Ibu ?Bagimana perasaan Ibu sebagai penerima penghargaan tersebut ?Apakah penghargaan yang paling berkesan bagi Ibu ?

Tentu saja saya berterimakasih kepada ITB, ITB masih ingat saya. Kalau ditanya penghargaan yang paling berkesan, saya bisa jawab penghargaan Ganesha apalaah itu yang diberikan saat Dies Natalis kemarin. Menerima penghargaan itu sebenarnya membuat perasaan saya campur aduk. Di sisi lain, saya sedih karena saya tidak bisa turun tangan langsung membesarkan studi magister kepariwisataan ini, karena memang kebijakan ITB saat itu saya sudah memasuki masa purnabakti. Bagaimana ya.. (beliau terdiam beberapa lama sebelum akhirnya menjawab)

Hampir sekitar 40 tahun saya menjadi dosen. Saya menggagas, dan bisa dibilang membidani lahirnya sebuah bayi yaitu studi pariwisata ini. Sayangnya saya tidak bisa ikut membesarkannya, dan dosen-dosen lain lah yang harus mengurus si bayi kecil ini. (beliau mengibaratkan studi pariwisata ini seperti bayi, sebenarnya saya merasa terenyuh mendengar beliau. Seakan pariwisata sendiri sudah seperti anak tanpa ikatan darah untuk beliau hhe). Saya sama sekali tidak menyalahkan kebijakan ITB yah dik, tapi saya akan dengan sangat senang hati mengabdikan ilmu saya jika ITB meminta saya untuk mengajar, tidak dibayar sekalipun. Penghargaan Ganesha tersebut sejujurnya akan lebih berarti untuk saya sendiri jika saya masih memiliki kesempatan untuk mengajar.

##Berbahagialah kakak-kakak yang pernah mengambil mata kuliah yang diampu beliau. Dari nada beliau berbicara, she is indirectly taught me that passion is the key to learning, and also for sharing. Apalagi “penghargaan akan lebih berarti untuk saya jika saya masih memiliki kesempatan untuk mengajar, tidak dibayar sekalipun”. Tidak saya tidak menyinggung hal ihwal materialistis tapi sungguh saya baru pertama kali bertemu seseorang se –passionate beliau. Bahkan di saat yang bisa saja beliau gunakan untuk bersantai, beliau masih merasa ingin berbagi ilmu beliau kepada mahasiswa-mahasiswanya. Setelah Ibu Betty Alisjahbana, sepertinya list alumni SAPPK yang menginspirasi saya untuk menekuni bidang planologi bertambah satu.  


(bersambung)

Kamis, 02 Mei 2013

#auto-citations


Gabisa enggak, bulan Mei saya harus produktif nulis berita lagi, saya harus produktif nulis-nulis lagi, harus berhenti paling gak 15 menit di depan mading mantengin poster acara-acara ITB, harus kepo penelitian dosen di luar SAPPK, harus rajin sms korlip kalau liat banner acara ITB ga ada di agenda peliputan, semuaaa~muanya seperti seorang Najma di Bulan Februari 2013, Saya sangat kangen masa-masa itu sejujurnya, I'm gonna work harder, after all of the darkness and sadness, I do believe that happiness still comes .

Kerja Keras. Kerja Cerdas. Kerja Ikhlas

Jumat, 05 April 2013

#stupidrandomthings


maaf kalau saya pemalu, maaf kalau saya tidak bisa mengungkapkan apa yang sebenarnya saya rasakan dengan baik, maaf kalau sikap saya kadang menyakitkan sekalipun itu tidak saya sengaja.Satu yang pasti,  saya akan terus mencoba untuk jadi yang terbaik yang saya bisa :)

Kamis, 28 Maret 2013

Tu me manques, Raden Sasqia



Hari pertama saya survey studio proses bareng temen-temen studio A, pagi-pagi buta angkatan kita mendapatkan sebuah kabar yang bener bener mengejutkan. Saya masih inget selesai shalat shubuh dan mandi, tiba tiba Wafa ketok-ketok kamar anak cewek dan nyuruh kita semua kumpul di ruang tamu utama katanya ada sesuatu yang penting banget dan mendesak.

“Temen kita, Sasqi tadi pagi baru aja dapat musibah di kamar mandi temen-temen.. udah dibawa ke rumah sakit dan sekarang kita doa bareng aja buat kesembuhannya yah..” Wafa bilang kayak gitu. Untuk saat itu memang yang kami bisa lakukan sebatas mendoakan, studio A yaitu studio saya berlokasi di Parongpong Cisarua dan Studio C di Banjaran.

Selang beberapa lama, kesibukan persiapan survey bikin kita mencar-mencar lagi nyiapin ini itu. Ada yang mandi, nge-print, nulis-nulis, dan lainnya. Karena saya sudah mandi saya keluar ke teras, dan di sana ada Sasthi, Nina, Amel, sama Kak Songko. Semuanya diam, firasat saya gak enak dan saya ngedeketin Nina. Suasana di luar kontras banget sama di dalam yang masih berisik ngomongin persiapan survey hari pertama. Saya nanya ke Nina kenapa dan dia diem aja, sesenggukan kecil dan ngasih bb-nya ke saya. Dia baru aja sms Intan buat nanyain kabarnya dan apa yang saya baca bener-bener rasanya bikin saya gabisa mikir buat beberapa saat. “Innalillahi wa inna ilaihi raji’un, temen kita Sasqi tidak bisa tertolong. Mari doakan semoga amal dan ibadahnya diterima di sisi-Nya”

Saya cengo jujur aja, bener-bener gabisa mikir apa-apa. Di depan saya Sasthi udah nangis dan Amel nepuk-nepukin punggungnya. Tapi saya ? saya masih ngerasa ini mimpi, pagi-pagi buta dan ada kabar yang ga ada petir ga ada badai tiba-tiba aja nyamperin. Hari pertama survey studio perdana di mana semangat kita masih ada di puncak-puncaknya, umur 19 yang masih muda, umur angkatan kita juga yang masih muda. Semuanya terlalu cepet, buat Sasqi buat saya buat kita. Terakhir kali kita ketemu waktu mau berangkat ke tempat survey masing-masing studio, di monumen kubus. “Hati-hati di jalan yaah” katanya. Selang beberapa lama akhirnya saya udah gatahan lagi, saya mulai nangis gatau kenapa, mungkin karena saya bakal kehilangan salah satu temen sekelas saya,  mungkin karena masih banyak hal yang ingin saya lakukan buat dia, mungkin karena saya ga bisa liat lagi temen saya yang suka ngomel ngomel karena kelas berisik, mungkin karena saya  bakal ngerasa ada yang hilang kalau liat kursi di antara Bea, Widi, sama Ulli ga ada siapa-siapa sekarang, mungkin, semuanya mungkin aja.  

Yang jelas saya kehilangan temen yang punya semangat tinggi buat berbagi. Temen yang nawarin bantuin ngabsen waktu MPAB, temen sekelompok tugas rute angkot, temen yang suka makan coklat, sporty banget ngewakilin HMP di beberapa cabang olim ITB dan aktif di DBL, temen yang juga mau nularin semangatnya ke PL11 ketika disuruh ngumpulin tanda tangan warga HMP dan jumlah tanda tangan kita masih sedikit. Maaf sas kalau saya pernah ada salah selama ini,yang bener-bener saya sesalin adalah kenyataan kalo saya udah ga akan pernah bisa lagi minta maaf ke kamu :’( . Saya dan temen-temen sayang kamu, bener-bener sayang kamu coba kalau kamu bisa liat temen-temen kita Sabtu pagi itu. Maaf saya dan mungkin beberapa temen lainnya gabisa ikut nganterin kamu ke Tasik karena beberapa kondisi yang tidak memungkinkan. Sabtu pagi itu juga saya yakin kita semua udah ikhlas ngelepas kepergian kamu Sas, yang ngeduluin kita semua menghadap Dia. Mungkin bener kata Roby, Allah lebih sayang sama kamu kalo kamu sekarang ada di sisi-Nya dibandingkan sayangnya kita sama kamu. Kalo kita udah pasti ga usah ditanya maafin semua kesalahan Sasqi, kita semua udah ikhlas kok kalo besok satu nama ga ada di absen kelas dan satu kursi gedung plano ga ada pemiliknya lagi. Yang sekarang kita minta cuma semoga perjalanan kamu nanti dimudahkan. Terimakasih sudah jadi temen kita yang baik, udah ngisi dan ikut ngeramein ngehiasin ngerecokin nyinyirin kehidupan kita semua :’) .

“Hati-hati di jalan yaah” yang kamu bilang buat kita Jumat pagi itu yang sekarang pingin saya katakan buat kamu. Selamat jalan Sas, ya Allah saya mohon mudahkanlah dan terangilah jalan salah satu teman kami, keluarga kami untuk menghadap-Mu, cuma doa sekarang yang bisa kita kasih buat kamu Sas, baik-baik yah di sana. Kita pasti kangen banget sama Sasqi, sampai jumpa suatu saat nanti sayang :’) .

Selasa, 05 Maret 2013

Someone

Kadang memang cuma dengan satu kalimat aja orang udah bisa bikin kita seneng seharian yah, orangnya sendiri juga mungkin ga sadar dia udah menghibur dan menyenangkan seseorang.
Be nice to everyone, maybe even one word that you just said means the world for someone.

Minggu, 27 Januari 2013

Bad Luck Gara-gara Gaptek

malam ini saya menyadari satu hal : gaptek itu dosa di ITB

Saya terbiasa pakai google chrome, karena dari awal beli laptop ini juga bawaanya udah google chrome. Sebenernya ada sih firefox cuma entah kenapa tiap dibuka selalu ga muncul-muncul. oke saya biarin aja gitu itu firefox dan masalah gabisa dibukanya sampai sekarang. Sampai sekarang dan saya kena batunya.

Kemarin waktu rapat redaksi awal tahun. Kita-kita para reporter junior diajarin langsung caranya ngepublish artikel lewat dapurreporter, jadi ga kayak dulu lagi yang ngirim kompresan artikel plus gambar ke email pimpinan redaksi. dan kabar buruknya adalah, website itb.ac.id/dapurreporter itu harus dibuka lewat mozilla firefox. Ohmy Ohmy ... akhirnya jadilah saya malam itu bingung sendiri gimana. Soalnya udah berusaha nge-uninstall juga ga bisa bisa. Hari juga udah malem untungnya saya mau publish berita feature yang deadline nya lumayan bisa diatur, jadi saya pinjem laptopnya Stacy temen kosan buat buka itu web. Setelah saya melakukan cara-cara yang udah diajarin kemarin waktu rapat redaksi, dengan hati hati memindahkan word ke notepad terus ke web, akhirnya text nya corrupt ! tulisannya "didn't support xml" . Saya coba ga dicopas dulu ke notepad langsung dari word gabisa, dari notepad juga gabisa.argh sebel banget deh kenapa pada kongsian gini sih nyebelin semuanya. Saya udah coba berkali kali dan gabisa , terus saya juga gaenak kalo kelamaan minjem laptop. Saya sms reporter senior dan akhirnya dia mau bantuin saya , uhuu baiknya

Tapi jem. Jangan buat kamu manja ! besok sorenya saya langsung ke BEC buat benerin leptop. Selain itu saya juga penasaran kenapa windows gallery saya task nya selalu muncul task install nya dan beberapa ketakutan saya kalau leptop saya tercinta ini sudah terjangkiti virus yang akut. Siang menjelang sore saya tiba di BEC, langsung capcus ke vaio center dan menumpahkan segala keluh kesah saya ke mas-mas yang terlihat seperti teknisi di toko itu.

"Oh ini.. sebenarnya virusnya udah ga ada, tapi ini bawaan virus dari software lama yang udah kamu hapus sekarang. ga berbahaya sih tapi gabisa ilang kecuali install ulang windowsnya "

glek.

"Oh ya.. ini juga data nya belum dipartisi baru ada C doang, selama ini nyimpen di doc ya ?"

glek.

"Antivirusnya pakai apa? rajin diupdate gak ?"

glek. glek . glek.

Ampun lah maaas. udah udah install ulang aja dah windowsnya, apapun berapapun untuk leptop saya tersayang, saya gak bisa hidup tanpa dia. Dia hadiah orangtua saya naik tingkat duaa hikshiks. maaf ya selama ini saya lalai merawat kamu padahal kamu udah berbuat begitu banyak untuk saya. Kamu udah membantu saya ngelewatin semester tiga, begadang nulis dan baca'' blog, bikin cerita atau berita, baca onepiece.. hiks. Saya berjanji akan merawat kamu dengan baik habis ini. hikshiks


proses nyembuhin Mojo (nama leptop saya) memakan waktu tiga jam. Saya habisin buat window shopping gadget di BEC yang bikin saya ngiler, beli crepes isi nutella dan ke gramedia, yiha !. Pergi ke toko buku emang seakan bikin gatau diri isi dompet. Saya beli sebuah buku, yang saya rasa cocok sama apa yang saya pikirkan akhir-akhir ini, besok saya tulis reviewnya yak kalo ada waktu. Setelah membayar saya balik ke BEC, masnya belum selesai tapi ga apa-apa saya jadi bisa liat leptop-leptop display yang lain dan nanya-nanya dikit tentang sony vaio. ituloooh ada tombol 'assist' buat recovery data tapi saya pikir saya masih bingung buat apa dan makenya waktu kenapa.

merogoh kocek yang cukup dalam.. tapi gak apa-apa, kalo gak gini kan saya gak bakal belajar buat ngerawat kamu jo, :* . Balik kosan saya langsung nyobain ni leptop, buka facebook dan ...

LAGI LAGI !
ada virus chat fb yang dia pakai akun saya buat ngirim link gajelas ke beberpa fb temen saya. Ih saya mulai kesel, gamau lagi urusan sama virus-virus, capeek. saya kalap googling gimana sih ngeberhentiin itu virus fb dan saya donlot anti-malware. ganti lagi password fb saya jadi 24 karakter dan baru saja saya ganti seminggu yang lalu. Kalau masih kayaknya saya harus ke comlabs ITB deh, sekalian nginstall microsoft office.

Herkh. apa semester sepan saya ambil matkul pilihan di STEI yang ngebahas virus-virus gitu yah , tau sih ada apa egak. tapi kesel juga kalo ngurusin virus fb kayak gitu, gak sekali dua kali juga itu virus ngirimin link link ga jelas. Hah pokoknya ini harus jadi bahan pembelajaran, jangan sampai kayak gitu lagi deh. Dunia maya emang jahat, jangan sembarangan klik klik link ga jelas atau blog yang nawarin aneh aneh. Soalnya biasanya dapet itu virus dari blog yang pengen naikin trafficnya dengan nyusup ke account orang dan pake itu account buat nyebarin link blognya dia. Hati hati, ikuti perkembangan teknologi, dan waspadalah, waspadalah, waspadalaaah !!!!

Kamis, 24 Januari 2013

Jejak Langkah



1 "...Hanya sayang dia mengembarai Eropa keluar-masuk salon-salon kaum elite Prancis dan Belanda dan Belgia, untuk jadi besar sebagai satu pribadi, tetapi tidak menyebabkan sesuatu perbaikan bagi bangsanya sendiri. Orang bilang, dia pulang ke Hindia bukan lagi sebagai Pribadi dan guru bagi bangsanya. Dia telah berubah jadi bukan-Pribumi dan bukan guru sebangsanya."

2 "Ilmu-pengetahuan, Tuan-tuan, betapapun tingginya, dia tidak berpribadi. Sehebat-hebatnya mesin, dibikin oleh sehebat-hebatnya manusia--dia pun tidak berpribadi. Tetapi sesederhana-sederhana cerita yang ditulis, dia mewakili pribadi individu atau malahan bisa juga bangsanya. Kan begitu, Tuan Jenderal ?"


Jenderal Van Heustz mengangguk tanpa suara.


3. .. orang Belanda muda yang berperawakan atlit itu ternyata berpikiran keras dan tidak segan membongkar kecurangan-kecurangan raksasa yang diderita sebangsaku. Aku menggeletar, tak mampu menerangkan bagaimana perasaanku pada waktu itu. Aku belum apa-apa, aku tidak apa-apa.


"Korupsi bukan sesuati yang asing di Hindia terutama sekali di kalangan pembesar Pribumi " Van Kollewijn terpaksa menjawab "Bukankah begitu, Tuan Jendral ?"


4 "Asal kau tahu, itu kau yang kuhadapi sekarang ini. Sekarang ini. Asal kau tahu, itu yang membikin kau jadi anakku yang sengsara seperti ini. Ah, anakku, kan sudah berkali-kali kukatakan : belajarlah berterimakasih, belajarlah bersyukur, anakku. Kau, kau, berlatihlah mulai sekarang, Nak, berterimakasihlah, bersyukur pada segala apa yang ada padamu, yang kau dapatkan dan kau dapat berikan. Impian takkan habis-habisnya. Belajarlah berterimakasih, bersyukur, sedang kiamat masih jauh."


Suaranya yang lemah-lembut menderu menyambarnyambar, lebih perkasa dari petirnya para dewa, lebih ampuh dari mantra semua dukun, suara dari seorang ibu yang mencinta 


5 "Itu penyakit Eropa. Kan lebih baik kau belajar mengingat orang lain juga? Jangan, jangan bicara dulu. Dulu kau sendiri penah bercerita, buat orang Eropa, terimakasih adalah bunga bibir, Tak ada hati yang mengucapkan. Engkau telah menjadi seperti itu, Nak. Aku takkan lupakan cerita-ceritamu itu, Yang pandai ingin lebih pandai dan yang kaya ingin berusaha lebih kaya. Tak ada yang berterimakasih dalam hati. Hidup diburu-buru unutk menjadi yang lebih. Kan kau sendiri dulu yang bercerita pada Bunda? Mereka semua orang menderita : keingina, cita-cita sendiri, jadi raksasa radiraja. Masih ingat ?"

6 "Menurut pendapatku," tulis surat itu, " tak ada satu bangsa di dunia bisa terhormat bila wanitanya ditindas oleh pria seperti pada bangsaku, dan bila kasih sayang hanya pada bayi saja. Setiap orang dengan khidmat akan dengarkan tangis bayi pada pertama kali mereguk udara. Setelah itu si bapa tidak mempedulikannya lagi, sedang si ibu, begitu si bayi mulai dapat merangkak, kembali menjadi hamba dari suaminya. Kadang aku menjadi habis pikir, bagaimana sesungguhnya gambaran pria demikian tentang kehormatan, dan di mana dia meletakkanya, maka bangsanya menjadi tidak terhormat karenanya ?


...
Beberapa kutipan dari buku Jejak Langkah karya Pramoedya Ananta Toer yang ingin sekali saya tulis.Bahwa sebenarnya keegoisan manusia untuk maju sendiri, tanpa membawa perubahan berarti untuk sekitarnya diceritakan Pram sudah ada dalam diri seorang Minke pada zaman pergerakan awal. Zaman di mana kala itu Hindia merupakan tanah jajahan Belanda tanpa memiliki sesuatu  untuk melawan penindasan. Pun jika ada barulah seorang inisiator (diceritakan sebagai mantan dokter keraton Jawa), yang pada kenyataanya tentu tidak bisa berdiri sendiri. Dia harus berkumpul, berserikat, dan mendirikan organisasi. Minke yang baru sadar akan perjuangan berat yang menantinya akhirnya mendirikan Syarikat Priyayi, inisiator koran mingguan Medan Prijaji. Gebrakan pergerakan melawan penindasan yang dilakukan Minke, yang diceritakan merupakan gebrakan pionir dalam sejarah tersebut merupakan jurnalisme. Media massa kali itu, mampu menyentuh hati pribumi nusantara dan menjadi tempat peraduan perlakuan-perlakuan tidak adil yang mereka alami. 

Pernah suatu saat, koran tersebut mendapat kritikan dari sahabat Minke, Ter Haar seorang belanda karena hurufnya yang terlalu besar, akan lebih baik jika dikecilkan agar tampilan muka koran lebih enak dipandang. Lalu diceritakan, bahwa pada saat itu pribumi banyak yang belum mampu membeli kacamata. Mengecilkan huruf tentu akan menyulitkan pembaca pribumi yang merupakan sasaran utama dicetaknya Medan Prijaji.

Mungkin saat itu Minke tidak mengangkat senjata untuk mempertahankan tanah airnya. Tapi dia menggunakan apa yang dapat dia lakukan dengan maksimal untuk kepentingan tanah airnya. Dari tulisan-tulisannya juga rakyat jelata kala itu memiliki kesempatan membela diri dari perlakuan sewenang-wenang kaum elite Belanda. Kita tidak harus melawan kekerasan dengan kekerasan, Minke membuktikan dia mampu melawan dengan tulisan. 

Pram, penjara juga tidak mampu mebuatnya berhenti menulis. Baginya, menulis adalah tugas pribadi dan nasional. Dan ia konsekuen terhadap semua akibat yang ia peroleh. Berkali-kali karnyanya dilarang dan dibakar.

Buku ini dan ketiga buku lainnya dari tetralogi Pulau Buru sudah selayaknya dibaca oleh kaum generasi muda sekarang ini. Saya sendiri serasa 'tersengat' membaca beberapa untai kata dari Pram. Sehebat-hebatnya kamu di negeri orang, tempat kembali kamu ya hanya satu, Indonesia.

mengutip lagi dari buku yang sama,
"... Tugas dokter pribumi bukan saja menyembuhkan tubuh terluka dan menanggung sakit, juga jiwanya, juga hari depannya. Siapa akan melakukannya kalau bukan para terpelajar?
dan bukankah satu ciri manusia modern adalah juga kemenangan individu atas lingkungannya dengan prestasi individual? Individu-individu kuat sepatutnya bergabung, mengangkat sebangsanya yang lemah, memberinya lampu pada yang kegelapan dan mata yang buta."


sumber gambar : google.com

Kamis, 17 Januari 2013

I Turn to You


When I'm lost in the rain
In Your eyes I know I'll find the light
To light my way, when I'm scared losing ground
When my world is going crazy You can turn it all around
And when I'm down You're there pushing me to the top
You're always there giving me all You've got

For a shield, from the storm for a friend, for a love
To keep me safe and warm, I turn to You
For the strength to be strong, for the will to carry on
For everything You do, for everything that's true, I turn to You

When I lose the will to win
I just reach for you and I can reach the sky again
I can do anything 'cause Your love is so amazing
'Cause Your love inspires me
And when I need a friend You're always on my side
Giving me faith taking me through the night

For a shield, from the storm, for a friend, for a love
To keep me safe and warm, I turn to You
For the strength to be strong and for the will to carry on
For everything you do I turn to You

For the arms to be my shelter through all the rain
For truth that will never change for someone to lean on
But for a heart I can rely on through anything
For the one who I can run to , I turn to You "



i know, actually it was some lyrics from Christina Aguilera's song 'I Turn to You'. but that song was really touching even when i heard that song in the first time (i was a child), such a deep meaning it had. I don't know who *or what kind of person, i would be nor where i would be, but i know for sure that Allah will chose what's the best for me. in the end, i would like to turn this song into my prayer , everyday. 

Thank You for being my shield through all the rain and storms
Thank You for always being on my side, giving me faith 
Thank You for the strength to make me strong 
and last,
Thank You .. for always listening to my selfishness, my Rabb .


Sabtu, 12 Januari 2013

Prioritas

Bener bener lagi random banget, tanpa sengaja melihat status teman saya :

oh oh oh...


pasti ada suatu saat, dimana semua kerjaan rasanya numpuk dan ga peduli seberapa capek dan bingungnya kita. Bahkan mau milih yang mana dulu buat dikerjain aja rasanya udah capek duluan. Kalau kayak gitu pasti ntar ujung-ujungnya balik ke pertanyaan "yah..... yang mana dulu yang emang kamu prioritasin ?"


kemarin waktu wawancara, ada pertanyaan gini "Kalau misalnya suatu hari nih, kamu jadi ketua acara atau penanggung jawab di suatu acara himpunan kamu, dan ternyata di tempat ini kamu juga jadi ketua. Kamu bener-bener dibutuhkan di kedua tempat tersebut dan nggak bisa setengah setengah datengnya. Mana yang kamu pilih ? "

Pertanyaan paling sulit jujur aja. "Saya gak akan milih posisi di mana hari pelaksanaanya berbarengan gitu sih kak, jadi memang hal seperti itu gak mungkin pasti udah saya rencanain jauh-jauh hari, "

"Yah.. itu kan idealnya. Saat itu ya kondisinya seperti itu kamu udah gabisa milih-milih lagi "

Oke, saya tahu wawancara ini gak akan selesai kalau saya jawabnya enggak konkret gitu. Akhirnya saya jawab menurut kata hati saya. Kalau mungkin jawabannya menurunkan penilaian untuk saya tidak apa-apa. Yang penting saya sudah berusaha jujur paling tidak untuk diri saya sendiri. Dari pertanyaan itu saya juga sadar, keadaan gak bisa selalu menyesuaikan dengan diri kita sendiri. Mungkin keadaan seperti itu, jadi ketua acara dalam dua hari bersamaan, tidak pernah terpikirkan akan terjadi. Tapi sekarang pertanyaanya apa yang akan kita lakukan kalau keadaan seperti itu benar-benar terjadi, bukan bagaimana cara mencegah keadaan tersebut terjadi. Dunia kerja yang profesional pasti juga kayak gitu, mereka gak pingin jawaban yang abu abu. Kalau gak hitam ya putih. Buat apa mereka mempekerjakan seseorang yang gak bisa memprioritaskan kantornya?

Itu sih sakleknya, tapi gak berarti juga kita harus terkungkung cuma dalem satu organisasi aja. Semakin banyak organisasi kan semakin banyak pengalaman. Balik lagi ke masalah bagi waktu dan prioritas. Sebenernya dari berbagai tempat yang membutuhkan kewajiban kita, paling tidak kita harus punya satu yang bener-bener kita prioritaskan. Dengan begitu akan lebih memudahkan kita kalau emang worst casenya keadaan seperti di atas tadi benar-benar terjadi. Dasar memilih prioritas juga harus dipikirkan baik baik. Sewaktu tugas NGT buat ngobrol-ngobrol sama warga, saya kebetulan ketemu dan ngobrol dengan kakak NIM saya yang 2009, Kak Khairun Rizki "Yang penting itu kalian berada di tempat yang tepat, kalau memang di tempat lain mungkin unit mungkin paguyuban atau masih banyak lainnya kalian lebih dibutuhkan, jangan ragu buat ngambil posisi tersebut, apalagi kalau memang di sini (*HMP) udah ada orang yang lebih tepat untuk diamanahi tugas" hmmm bisa bisa .

Selain itu, ada juga yang namanya loyalitas. "Loyalitas itu di atas prioritas " kata teman saya, Fasa. Mau seberapa banyak kegiatan yang diikutin, kalau emang dasarnya udah loyal sama sesuatu pasti kita baliknya ke dia juga, secara ga sadar dan segimana apapun keadaanya kalian dia yang jadi prioritas utama. 

Perbuatan yang sedikit namun benar dan bermanfaat lebih utama daripada perbuatan yang banyak namun tidak benar dan tidak bermanfaat. Al Quran dan Sirah memberi gambaran bagaimana mementingkan kualitas dalam setiap amalan, juga dalam pembentukan pribadi. 
"Ada orang yang meninggal sebelum ajalnya, karena tidak bermanfaat usianya, namun ada orang yang masih hidup setelah ajalnya, karena manfaat ilmu dan amal sholehnya, dan keturunannya."

Kalau memang kita bisa mengembangkan diri dan menghasilkan sesuatu yang lebih berkualitas di tempat lain, kenapa tidak ? berani beda itu baik c:

Rabu, 02 Januari 2013

Note de vancances #3

Kerjaan sewaktu liburan menjelang semester 4 : buka ol akademik yang bisa dianalogikan dengan buka kulkas. Udah tau belum ada isinya masih aja dibuka buka
Ayolah bapak ibu dosen, tidak baik loh jadi deadliner (kayak sendirinya enggak)